Minggu, 21 September 2014

Proses menuju perempuan yang sesungguhnya

Perempuan adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diciptakan dari tanah dan menjadi pendamping hidup bagi seorang laki-laki, mewariskan kromosom kecerdasan bagi anak, dan sebagai tonggak pencetus lahirnya bibit-bibit unggul untuk kemajuan bangsa. Jika melihat dari judul blog ini, sungguh saya sebagai penulis sebenarnya masih ragu dengan identiitas perempuan yang sejati. Namun kita bisa bersama-sama melihat dari fakta-fakta yang ada di lapangan, banyak perempuan dari berbagai kelompok dengan pandangan hidup yang mungkin agak berbeda dengan gaya pakaian, sikap dan tingkah laku. Mungkin dalam tulisan ini akan ada ulasan ekstrim mengenai perempuan berdasarkan kelompok dengan indikatornya, berikut ulasannya:
1. Perempuan remaja umur 12-15 tahun, mereka memiliki kecendrungan memiliki idola mulai dari artis lokal sampai internasional. Artis yang mereka idolakan kebanyakan dari artis boyband, pemain sinetron dan indikator yang paling penting adalah mereka mengidolakan laki2 yang ganteng (syarat mutlak!). Diskriminasi sering terjadi antara bocah dengan umur segitu terhadap laki2 sebaya mereka yang tidak mampu mencapai taraf kegantengan yang mereka miliki. Sehingga sering terjadi konflik terhadap laki2 sebaya mereka yang tidak tampan, dan laki2 tersebut jadi merasa minder.
2. Perempuan remaja umur 15-20 tahun, dimana pada masa ini mereka cenederung memiliki hubungan khusus dengan seorang lelaki yang entah itu teman sebaya mereka atau umurnya lebih tua dari mereka. Pada umur ini, perempuan banyak terbentuk secara berkelompok, dimana kelompok tersebut sebagai identitas mereka. Pada kelompok tertentu, terdapat aturan spontan dimana mereka yang memiliki kekasih yang lebih tua akan memiliki penghargaan yang tinggi. Adapula kelompok perempuan memberikan penghargaan tertinggi bagi teman perempuan mereka yang memiliki kekasih yang sebaya, pintar, bintang sekolah, dan ganteng (masih menjadi syarat mutlak!). Konflik yang sering terjadi dari perempuan ini ialah mengenai status kepemilikan mereka pada laki2, dimana laki2 menjadi bahan rebutan bagi para perempuan. Sehingga laki2 yang baik dan playboy memiliki status dengan perbedaan yang sangat tipis karena kesamaan untuk bisa diperebutkan oleh perempuan.
3. Perempuan remaja umur 20-25 tahun, pada masa ini perempuan akan mengalami konflik di dalam diri mereka. Dimana mereka harus memiliki tingkah laku yang lebih dewasa baik dari segi hubungan terhadap keluarga, guru/dosen, teman dan pacar. Di sisi lain, pengaruh lingkungan dan media informasi/sosial mengharuskan mereka untuk update gaya hidup (pakaian, sepatu, make up, jalan2, foto2, dsb). Di masa ini, perempuan juga sudah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupannya misalnya harus bisa menjaga diri dan mandiri. Dalam hubungan relationship, tidak jarang mereka harus terjerumus di jalan yang salah (kalau orang bilang salah pergaulan) karena pengaruh budaya barat yang bertolak belakang dengan budaya timur khususnya aturan agama. Namun mereka akan semakin sadar mengenai pentingnya menjaga tingkah laku dan kehormatan bagi seorang perempuan. Dan disaat seperti inilah mereka mulai menjalin hubungan serius dan lebih sehat dengan seorang laki2.
Dari semua fase yang ada pada perempuan, hanya ketiga fase diatas yang sadar atau tidak sadar akan dialami oleh perempuan yang ada di dunia. Fase tersebut menjadi penentu, dimana perempuan akan berada dan dengan siapa mereka bergaul. Terkadang kita melihat perempuan dengan style yang modis dan yang berhijab besar. Dikotomi perempuan dari cara mereka berpakaian menjadi rahasia umum bagi mereka yang telah mempelajari agam islam secara mendalam. Namun bagi perempuan yang besarnya dididik juga secara islam oleh orang tua dan berhijab namun hanya sebatas jilbab,baju dan bawahan (campur rok/celana) seperti saya masih merasakan perbedaan dengan perempuan yang berhijab besar. Suatu saat saya memberitahukan kepada Ayah saya untuk ikut berhijab besar, namun Ayah saya mengatakan
"Biarlah pakaianmu seperti biasa yang kamu pakai, asal hati dan perilakumu tetap berpegang teguh pada Allah Swt dan sunnah rasul"
. Hal tersebut membuat saya sampai saat ini enggan untuk berhijab besar, namun saya belajar untuk tidak memakai pakaian yang ketat dan menjaga perilaku dan membatasi hubungan terhadap laki2 yang bukan muhrim. Dari situ, Saya mengambil prinsip bahwa sebagai saudara sesama muslim, kita tidak boleh memandang keimanan seseorang dari penampakan luar saja karena keimanan seseorang hanya Allah SWT yang tahu.
Perempuan yang sesungguhnya adalah perempuan yang mampu menjalani proses kehidupan baik suka maupun duka, dan mampu menjaga diri, kehormatan keluarga, dan berusaha berada di jalan yang di ridhoi oleh Allah. Saya sebagai penulis juga sedang menjalani proses tersebut, dan semoga kita mampu menyadari bahwa adda fase dimana kita berada di masa kelam dan jangan pernah mengutuknya, karena hal tersebut merupakan proses untuk menjadi perempuan yang sesungguhnya
*22 September 2014, di suatu malam yang gelap tanpa bintang, Bogor